sepenggal cerita batu akik naga sui atau "l e sang du Christ",
berikut sharing untuk informasi yang kami dapat dari kompas.com tentang batu akik naga sui / blood stone / l e sang du christ
PURBALINGGA, KOMPAS.com - Batu mulia darah Kristus yang cukup langka, ditemukan di sekitar aliran Sungai Gintung yang merupakan salah satu anak Sungai Klawing, di Kabupaten Purbalingga. Batu yang cukup diincar kalangan bangsawan Prancis itu ditemukan oleh ahli geologi Institut Teknologi Bandung Budi Brahmantyo dan Sekretaris Jenderal Masyarakat Batu Mulia Indonesia , Sujatmiko, dengan dibantu puluhan mahasiswa Geologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (13/6).
Di sekitar aliran Sungai
Gintung juga ditemukan banyak batu bertekstur pipih pada satu sisi dan tebal di
sisi lain seperti kapak genggam. Diduga batu-batu itu adalah hasil buatan
manusia masa pra-sejarah zaman neolitikum antara 5.000 sampai 10.000 tahun yang
lalu.
Menurut Sujatmiko, temuan batu darah Kristus yang dikenal sebagai l e sang du Christ di Prancis, merupakan temuan yang paling menarik. Selama ini, batu itu baru ditemukan di India, dan belum ditemukan di daerah lain di Indonesia.
Batu tersebut, lanjutnya, memiliki ikatan emosional dengan umat Kristiani karena bercak merah pada batu jasper berwarna dasar hijau itu diyakini tetesan darah Yesus Kristus saat disalib. Karenanya bagi kalangan bangsawan Prancis, batu itu digunakan sebagai cap kebangsawanan.
"Saya pernah diminta
oleh seorang bangsawan Prancis mencari batu darah Kristus itu. Tapi saat itu,
saya tidak punya dan tak tahu mau dicari di mana," ucapnya.
Batu darah Kristus, menurut
Sujatmiko, juga digunakan oleh ilmuwan kuno untuk mempelajari siklus matahari.
Karenanya, batu itu dikenal sebagai heliotrop. Sementara bagi warga sekitar
aliran Sungai Gintung di Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang, batu darah Kristus
dikenal sebagai nogo sui karena warnanya yang menarik.
Di kalangan pecinta batu
mulai, menurut Sujatmiko, batu darah Kristus sebetulnya sudah menjadi buah
bibir sejak tahun 1985 denga nama populernya batu klawing. "Tetapi karena
baru sebatas buah bibir, kami pun tidak tahu pasti seperti apa batu klawing
itu. Baru kali ini, ternyata batu klawing itu adalah batu darah Kristus,"
terangnya.
Selain menyimpan batu mulai
yang cukup langka, menurut ahli geologi ITB Budi Brahmantyo, Sungai Gintung
juga menyimpan bebatuan hasil budaya neolitikum berupa kapak genggam untuk
menetak maupun memukul.
"Namun untuk
membuktikan aliran sungai itu merupakan situs budaya manusia masa pra-sejarah ,
harus didukung oleh pencarian kerangka manusia purba. Kalau memang ada, aliran
sungai itu harus dikonservasi sebagai situs arkeologi," kata Budi yang
juga Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata ITB.
Sementara, di sepanjang
aliran Sungai Gintung hingga kawasan muaranya di Sungai Klawing, cukup banyak
ditemukan penggalian batu dan pasir. Hal itu pun dilegalkan oleh pemerintah
daerah setempat. "Jangan sampai batu-batu berharga ini ikut diambil oleh
para penggali batu dan pasir. Temuan ini harus segera ditindaklanjuti,"
kata Budi.
Setelah memperoleh
laporan temuan tersebut, Bupati Triyono Budi Sasongko mengaku, sama sekali
tidak mengetahui kalau Sungai Gintung menyimpan batu-batu mulia dan artefak
neolitikum cukup berharga. "Masalahnya, kami kan tidak tahu macam-macam
batu sungai. Tetapi d engan adanya hasil laporan temuan ini, tentu akan kami
dukung untuk eksplorasi selanjutnya, termasuk untuk pembuatan museumnya,"
jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar